Eksperimen, Pembelajaran Unit
dan Pembelajaran dengan Modul
1. Metode
Eksperimen
a. Pengertian
Sagala (2006), Sumantri dan Permana
(1998/1999) menyatakan bahwa eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan
suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen dapat dilakukan pada suatu
laboratorium atau diluar laboratorium. Sedangkan metode eksperimen dalam
pembelajaran adalah cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa
melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis
yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan
sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan guru dalam
metode eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen itu dilakukan dengan
teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan.
b. Tujuan
Apa tujuan metode eksperimen ?
Metode eksperimen bertujuan agar :
1) Siswa mampu
menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh.
2) Siswa mampu
merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaannya.
3) Siswa mampu
menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta,
informasi atau data yang dikumpulkan melalui percobaan.
4) Siswa mampu
berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi.
c. Alasan Penggunaan Metode
Eksperimen
Apa alasan guru menggunakan metode
eksperimen ? Beberapa alasan penggunaan metode eksperimen adalah :
1) Dapat menumbuhkan cara berpikir
rasional dan ilmiah.
2) Dapat
memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri.
3) Dapat
mengembangkan sikap dan perilaku kritis, tidak mudah percaya sebelum ada
bukti-bukti nyata.
d. Kekuatan
dan Kelemahan Metode Eksperimen
1) Kekuatan Metode Eksperimen
a) Membuat
siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri daripada menurut
cerita orang atau buku.
b) Siswa aktif
mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan melalui percobaan yang
dilakukannya.
c) Dapat
digunakan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah.
d) Hasil
belajar dikuasai siswa dengan baik dan tahan lama dalam ingatan.
e) Menghilangkan verbalisme.
2) Kelemahan
Metode Eksperimen
a) Memerlukan
peralatan dan bahan percobaan yang lengkap serta umumnya mahal.
b) Dapat
menghambat lajunya pembelajaran sebab eksperimen umumnya memerlukan waktu lama.
c) Kesalahan
dalam eksperimen akan berakibat pada kesalahan kesimpulannya.
d) Belum tentu
semua guru dan siswa menguasai metode eksperimen.
e. Cara Mengatasi Kelemahan
Metode Eksperimen
Bagaimana cara menguasai kelemahan
metode eksperimen ? Ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan metode
eksperimen.
1) Guru harus
menjelaskan secara gamblang hasil yang ingin dicapai dengan eksperimen.
2) Guru harus
menjelaskan prosedur eksperimen, bahan-bahan eksperimen yang diperlukan,
peralatan yang diperlukan dan cara penggunaannya, variabel yang perlu
dikontrol, dan hal yang perlu dicatat selama eksperimen.
3) Mengawasi
pelaksanaan eksperimen dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan.
4) Meminta setiap siswa melaporkan
proses dan hasil eksperimennya, membanding-bandingkannya dan mendiskusikannya,
untuk mengetahui kekurangan dan kekeliruan yang mungkin terjadi.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan
Pembelajaran dengan Metode Eksperimen
Apa saja langkah-langkah
pembelajaran dengan metode eksperimen ? Langkah-langkah pembelajaran dengan
metode eksperimen tersebut meliputi:
1) Kegiatan Persiapan
a) Merumuskan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan metode eksperimen.
b) Menyiapkan
materi pembelajaran yang diajarkan melalui eksperimen.
c) Menyiapkan
alat, sarana dan bahan yang diperlukan dalam eksperimen.
d) Menyiapkan panduan prosedur
pelaksanaan eksperimen, termasuk Lembar Kerja Siswa (LKS).
2) Kegiatan Pelaksanaan
Eksperimen
a) Kegiatan Pembukaan
Menanyakan
materi pelajaran yang telah diajarkan minggu lalu (opersepsi).
Memotivasi
siswa dengan mengemukakan ceritera anekdot yang ada kaitannya dengan materi
pelajaran yang akan diajarkan.
Mengemukakan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, dan prosedur eksperimen yang akan dilakukan.
b) Kegiatan Inti
Siswa diminta
membantu menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam eksperimen.
Siswa
melaksanakan eksperimen berdasarkan panduan dan LKS yang telah disiapkan guru.
Guru memonitor
dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
Pelaporan hasil eksperimen dan
diskusi balikan.
c) Kegiatan
Penutup
Guru meminta
siswa untuk merangkum hasil eksperimen.
Guru
mengadakan evaluasi hasil dan proses eksperimen.
Tindak lanjut, yaitu meminta
siswa yang belum menguasai materi eksperimen untuk mengulang lagi
eksperimennya, dan bagi yang sudah menguasai diberi tugas untuk pendalaman.
2. Metode
Pembelajaran Unit
a. Pengertian
Taredja, dkk. (1980), dan Sumantri
dan Permana (2006) menyatakan bahwa metode pengajaran unit adalah suatu cara
pembelajaran dimana siswa dan guru mengarahkan segala kegiatannya pada
pemecahan suatu masalah yang dipelajari melalui berbagai segi yang berhubungan,
sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Pengajaran unit ini
sekarang dinamakan pembelajaran terpadu. Menurut Sumantri dan Permana
(1998/1999) terdapat beberapa jenis keterpaduan dalam pembelajaran terpadu :
(1) Keterpaduan antara dua atau lebih masalah, konsep, keterampilan, tugas,
atau ide-ide lain dalam satu bidang studi, (2) Keterpaduan beberapa topik atau
sub tema dalam berbagai bidang studi (model jaring laba-laba/webbed model)
dan (3) lintas bidang studi yaitu pemecahan masalah yang melibatkan adanya
prioritas kurikuler dan menemukan pengetahuan atau konsep, keterampilan dan
sikap yang tumpang tindih dari beberapa bidang studi.
b. Tujuan
Sumantri dan Permana (1998/1999)
mengemukakan tujuan metode pembelajaran unit sebagai berikut :
1) Melatih
siswa berpikir komprehensif dengan cara mengkaji dan memecahkan masalah dari
berbagai disiplin ilmu atau aspek.
2) Melatih
siswa menggunakan keterampilan proses atau metode ilmiah dalam pemecahan
masalah.
3) Membentuk
sikap kritis, kerjasama, rasa ingin tahu, menghargai waktu dan menghargai
pendapat orang lain.
4) Melatih
siswa agar memiliki kemampuan merencanakan, mengorganisasikan dan memimpin
suatu kegiatan.
5) Mengembangkan keterampilan
berkomunikasi.
c. Alasan menggunakan Metode
Pembelajaran Unit
Sumantri dan Permana (1998/1999)
memberi alasan mengapa guru memilih menggunakan metode pembelajaran unit
sebagai berikut :
1) Dalam
kurikulum terdapat keterkaitan antara satu topik dengan topik lain, atau antara
bidang studi satu dengan bidang studi lainnya dalam suatu pemecahan masalah,
sehingga perlu ada satu metode yang dapat menciptakan kesatuannya.
2) Dapat
memberikan pengalaman belajar tentang pemecahan masalah dari berbagai disiplin
ilmu.
3) Dapat
melibatkan peserta didik secara fisik maupun psikis dalam kegiatan
pembelajaran.
d. Kekuatan
dan Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
1) Kekuatan Metode Pembelajaran
Unit
Taredja, dkk. (1980) mengemukakan
kekuatan metode pembelajaran unit sebagai berikut :
a) Siswa dapat
belajar secara keseluruhan (utuh). Semua atau beberapa mata pelajaran dipadu
jadi satu dalam satu masalah. Dengan demikian ilmu-ilmu yang ada dihayati
secara utuh.
b) Pelajaran
menjadi lebih berarti. Kalau pada pelajaran tradisional semua siswa harus
melakukan apa yang diajarkan seperti apa adanya, maka dalam pembelajaran
terpadu, siswa belajar sesuai minat, bakat dan tingkat perkembangannya. Karena
itu siswa belajar lebih bemakna.
c) Situasi
kelas lebih demokratis. Hal ini dimungkinkan karena prinsip dari pembelajaran
terpadu adalah perencanaan bersama, dilaksanakan oleh siswa, guru hanya sebagai
pembimbing. Karena itu suasana belajar menjadi lebih demokratis.
d) Digunakannya
asas-asas didaktik secara lebih wajar. Asas-asas didaktik seperti peragaan,
minat, kerja kelompok, kerjasama, kerja sendiri, dan sebagainya benar-benar
dimanfaatkan.
e) Digunakannya prinsip-prinsip
psikologi belajar modern, seperti minat anak berhubungan pengalamannya, anak
mempersepsi lingkungannya secara keseluruhan tidak terpisah-pisah, anak yang
sehat selalu aktif bergerak melakukan sesuatu, dan siswa SD perkembangan
kognitifnya masih ada pada phase operasional konkrit. Dalam pembelajaran terpadu
ini semua diakomodasikan.
2) Kelemahan Metode Pembelajaran
Unit
Taredja, dkk. (1980) mengemukakan
kelemahan metode pembelajaran unit, antara lain :
a) Memilih
pokok masalah yang akan dijadikan unit bukan suatu pekerjaan yang mudah.
b) Melaksanakan
pembelajaran unit menuntut kecakapan tersendiri, sedangkan guru belum semuanya
mampu menyelenggarakannya.
c) Memerlukan
ketekunan, pekerjaan dan waktu yang lebih banyak.
d) Karena
melibatkan banyak siswa maka dimungkinkan memerlukan biaya yang lebih banyak.
e. Cara Mengatasi Kelemahan
Metode Pembelajaran Unit
1) Kesulitan
dalam memilih pokok masalah dapat diatasi dengan cara membentuk tim atau
panitia. Melalui rapat tim atau panitia yang terdiri dari beberapa guru dapat
dirumuskan masalah yang hangat dan relevan dengan kurikulum dan tingkat
perkembangan siswa.
2) Kesulitan
guru karena dalam pembelajaran unit diperlukan banyak waktu energi dan biaya,
maka pembelajaran unit dapat dicarikan waktu yang luang dan dilaksanakan secara
block waktu (tak ada kegiatan lain selain pembelajaran unit). Masalah biaya
dapat diatasi dengan memasukkan biaya pembelajaran unit ke DUK sekolah atau
sumber lain yang halal.
3) Masalah kedangkalan pelajaran
dapat diatasi dengan perencanaan yang matang jangan asal-asalan saja.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan
Metode Pembelajaran Unit
Bagaimana cara melaksanakan
pembelajaran dengan metode unit ? Taredja, dkk (1980) mengemukakan
langkah-langkah pembelajaran dengan metode pembelajaran unit sebagai berikut :
1) Kegiatan Persiapan
a) Menjelaskan
kepada siswa tentang bagaimana cara melaksanakan pembelajaran dengan metode
unit.
b) Guru bersama siswa menetapkan
pokok masalah yang akan dijadikan unit. Pokok masalah itu hendaknya sesuai
dengan minat dan latar belakang siswa, sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan
siswa, dan sesuai dengan ketersediaan sumber baik buku, para ahli maupun
instansi.
c) Guru dan
siswa menetapkan aspek-aspek pokok masalah dan mata pelajaran- mata pelajaran
yang ikut serta pada pemecahan pokok masalah tersebut.
d) Guru
bersama siswa menetapkan tujuan instruksional khusus (TIK) untuk setiap aspek
masalah.
e) Guru dan
siswa menetapkan kelompok-kelompok kerja dan tugas-tugasnya. Biasanya jumlah
kelompok disesuaikan dengan banyaknya aspek masalah/unit.
f) Guru dan
siswa menetapkan organisasi kelas : ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara,
seksi-seksi, dan sebagainya. Organisasi ini yang akan mengelola penyelesaian
kegiatan unit.
g) Guru dan siswa menetapkan jadwal
kegiatan, sasaran, target, dan tata tertib yang harus dipatuhi selama
pembelajaran unit ini.
2) Kegiatan
Pelaksanaan
a) Kegiatan
Persiapan
Guru menanyakan
materi pelajaran sebelumnya.
Guru
berceritera tentang kehidupan di masyarakat yang berkaitan dengan materi
pelajaran yang akan diajarkan melalui pembelajaran unit.
Guru
mengingatkan kembali tentang TIK yang telah dirumuskan dan bagaimana
penyelesaiannya oleh kelompok.
b) Kegiatan
Inti
Para siswa
mengatur tempat mereka belajar / bekerja, apakah tempat belajar itu di dalam
kelas maupun di luar kelas.
Mempelajari
sesuatu sesuai dengan tugas masing-masing, misalnya : melakukan
percobaan-percobaan, mengerjakan soal-soal, menggambar, mempelajari nyanyian,
mengunjungi tempat-tempat yang telah direncanakan, mengikuti ceramah dari nara
sumber, dan sebagainya
Dalam rangka
penyelesaian tugas, siswa mengadakan diskusi, mengatur bahan, dan berkoordinasi
dengan kelompok lain.
Menyiapkan
laporan kelompok untuk disajikan pada laporan kelompok sewaktu diadakan pleno.
Laporan kelompok yaitu laporan
lisan dan tertulis yang dilakukan oleh setiap kelompok dalam sidang pleno,
sehingga semua siswa dapat belajar dari kelompok lain.
Pameran. Setelah laporan kelompok
selesai, kegiatan berikutnya adalah melakukan pameran. Yang dipamerkan adalah
semua yang telah dihasilkan oleh kelompok. Pameran dapat berbentuk :
─ Statis,
yaitu pameran tentang karya belajar yang berwujud laporan tertulis/paper,
gambar-gambar, hasil pekerjaan tangan, hasil memasak, grafik, bagan, dan
sebagainya.
─ Dinamis, yaitu pameran
tentang hasil belajar yang berupa pementasan sandiwara, pembacaan puisi,
pagelaran seni (tari, nyanyi, dan sebagainya), pidato dan sebagainya.
Dalam pameran ini dapat diundang
siswa dari sekolah lain, instansi lain yang berkaitan dengan pendidikan, dan
terutama adalah orang tua siswa.
c) Kegiatan Penutup
Guru meminta
siswa merangkum hasil belajar melalui kegiatan dalam metode pembelajaran unit.
Melakukan
evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses pelaksanaan pembelajaran melalui
metode pembelajaran unit.
Tindak lanjut, yaitu menjelaskan
kembali materi pelajaran yang belum dikuasai siswa dan menugasi untuk
memperdalam penguasaan materi pelajaran melalui Penugasan Rumah (PR).
3. Metode
Pengajaran dengan Modul
a. Pengertian
Russel (dalam Mainuddin
dan Gunawan, 1980) menyatakan bahwa modul adalah suatu paket pembelajaran yang
membicarakan satu satuan konsep tunggal mata pelajaran. Hal ini dalam usaha
untuk mengindividualisasikan belajar dengan memberi kemampuan siswa menguasai
satu unit isi sebelum pindah ke unit yang lain.
Metode pembelajaran dengan modul
merupakan salah satu bentuk dari bentuk-bentuk belajar mandiri. Sagala (2006)
mengemukakan ada empat bentuk belajar mandiri yaitu : (1) self instruction semacam
modul, (2) independent study, (3) individualized prescribed
instruction, dan (4) self package learning. Russel (dalam Mainuddin
dan Gunawan, 1980) mengemukakan 8 karakteristik umum modul, yaitu :
1) Self
contained, atau self instructional packages. Modul itu merupakan
satuan paket bahan pelajaran yang lengkap untuk belajar sendiri.
2)
Memperhitungkan perbedaan individu. Siswa bebas menentukan sendiri proses
belajarnya.
3) Tujuan
pembelajaran dirumuskan secara eksplisit dan spesifik dalam perumusan tingkah
laku yang bisa diukur.
4) Adanya asosiasi,
struktur dan urutan yang disajikan. Ide-ide dasar disajikan lebih dulu.
5) Pemakaian
bermacam-macam media.
6) Partisipasi
aktif siswa. Siswa belajar sendiri dari modul.
7) Reinforcement langsung. Dalam
modul, reinforcement segera didapat setelah siswa menunjukkan respon yang
disetujui.
Komponen modul yang pernah
dikembangkan oleh Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) meliputi :
petunjuk guru, lembar kegiatan siswa, lembar kerja siswa, kunci jawaban untuk
lembar kerja, lembar penilaian/tes, dan kunci jawaban untuk lembar tes.
b. Tujuan
Metode pembelajaran dengan modul
bertujuan :
1) Agar siswa
aktif belajar secara mandiri.
2) Agar siswa
terbiasa mengontrol kecepatan dan mengevaluasi belajarnya sendiri.
3) Memberi
reinforcement secepatnya setelah siswa selesai mengerjakan materi modul dengan
memperbolehkan pindah ke modul berikutnya. Penguatan ini memotivasi siswa untuk
mengulang kembali perbuatan belajarnya yang baik itu.
4) Melatih disiplin, taat peraturan
dan petunjuk yang ada, serta melatih kebiasaan mengoreksi diri sendiri dan
kejujuran.
c. Alasan Penggunaan Metode
Pembelajaran dengan Modul
Mengapa guru memilih metode
pembelajaran dengan modul ? Alasan guru adalah :
1) Siswa dapat
belajar lebih aktif dan mandiri (CBSA)
2) Siswa dapat
menyesuaikan diri dengan keunikan cara belajarnya masing-masing.
3) Siswa dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan perbedaan kemampuan, potensi dan
kecepatan belajar masing-masing.
4)
Dimungkinkan untuk mendukung modul digunakan multi media, seperti ; audio
visual, internet, web, dan sebagainya sehingga perbedaan-perbedaan dan keunikan
individu dapat diakomodasi.
5) Dengan
metode pembelajaran dengan modul mutu proses pembelajaran dapat ditingkatkan.
6) Dapat mengatasi kekurangan guru,
dan mengatasi persoalan jauhnya tempat tinggal siswa dari kampus.
d. Kekuatan dan Kelemahan Metode
Pembelajaran dengan Modul
1) Kekuatan Metode Pembelajaran
dengan Modul
a) Ratio guru
dan siswa dapat ditingkatkan menjadi sekitar 1 : 200, padahal dengan sistem
biasa ratio tersebut adalah 1 : 40
b) Siswa aktif
belajar secara mandiri.
c)
Meningkatkan kualitas hasil belajar, karena siswa yang belum mencapai mastery
learning 80% harus mengkaji ulang materi modul dan tes.
d) Siswa termotivasi untuk belajar
dengan sungguh-sungguh untuk segera menyelesaikan modul yang ditargetkan.
2) Kelemahan Metode Pembelajaran
dengan Modul
a) Ikatan
kelas renggang, belajar bersama berkurang, padahal motivasi belajar dipengaruhi
pula oleh kebersamaan.
b) Aspek
estetis dan etis kurang diperhatikan.
c) Kesulitan
dalam menulis modul. Modul yang baik menuntut keahlian, keterampilan dan
pengalaman.
d)
Pembelajaran dengan modul umumnya kurang memperhatikan aspek perasaan. Manusia
dianggap sebagai mesin yang reaktif terhadap stimulus (modul) yang disajikan
padanya.
e) Cenderung untuk memuat materi
yang banyak dalam modul, sehingga memberatkan siswa.
f) Modul menuntut siswa pintar
membaca dengan pemahaman, hal ini menjadi hambatan bagi siswa yang kurang
trampil membaca.
e. Cara Mengatasi Kelemahan
Metode Pembelajaran dengan Modul
1) Perlu
dibuat modul yang penguasaannya dilakukan melalui diskusi atau kerja kelompok.
2) Modul harus
disusun oleh orang yang selain ahli dibidang mata kuliah juga berpengalaman
dalam menulis modul.
3) Materi
harus disusun berdasarkan kompetensi yang ingin dicapai yang telah dirumuskan
dalam silabus mata kuliah.
4) Bahasa yang digunakan hendaknya
bahasa baku, yaitu Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Disamping itu tingkat
kesukaran bahasa perlu disesuaikan dengan umur dan pengetahuan siswa.
f. Langkah-langkah Pembelajaran
dengan Modul
1) Kegiatan Persiapan
a) Guru
menyiapkan modul yang akan dipelajari oleh siswa dan berbagai media
pendukungnya. Untuk ini guru harus mempunyai arsip nomor atau judul modul yang
telah diselesaikan siswa.
b) Guru membaca modul yang akan
diajarkan agar isi modul dikuasai sehingga kalau nanti ada siswa bertanya dapat
memberi penjelasan. Disamping itu guru juga perlu menyiapkan pertanyaan
apersepsi.
2) Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan Pembukaan
Guru
menanyakan isi materi modul yang telah diselesaikan (apersepsi).
Guru
memotivasi siswa dengan pertanyaan-pertanyaan atau cerita anekdot yang
berkaitan dengan materi modul yang akan dipelajari.
Karena tujuan pembelajaran telah
ditulis dalam modul, maka dalam acuan ini guru cukup memberi petunjuk untuk
membaca tujuan pembelajaran yang ada dalam modul, begitu pula halnya dengan
petunjuk cara pengerjaan modul.
b) Kegiatan Inti
Guru meminta
siswa menyiapkan dan mempelajari modul.
Guru
mengawasi kegiatan belajar siswa.
Guru sebagai fasilitator membantu
siswa memecahkan kesulitan belajar, pengarah diskusi (jika diperlukan), dan
sebagainya.
Menentukan langkah selanjutnya setelah siswa menyelesaikan modulnya, misalnya
memberi modul pengayaan bagi siswa yang telah mencapai belajar tuntas 80%, dan
meminta siswa mempelajari lagi modul jika hasil tes formatif kurang dari 80%.
c) Kegiatan
Penutup
Memberi kesempatan
siswa membuat rangkuman pokok-pokok materi yang dipelajari dari modul.
Evaluasi telah
dilaksanakan sewaktu mempelajari modul. Karena itu guru tidak melakukan
evaluasi lagi.
Tindak lanjut, berupa PR baik mengerjakan soal-soal dari buku yang ada ataupun
membuat rangkuman dari buku yang dibacanya.